SELAMAT DATANG

Sabtu, 02 Juli 2011

Semakin Jauh Ketinggalan

Kalau PLTN Jepara jadi dibangun, diharapkan pada tahun 2016 yang akan datang, Indonesia sudah memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama. Pembangkit yang berbahan bakar uranium ini, akan dibangun untuk saling melengkapi dengan pembangkit-pembangkit listrik konvensional yang ada, dalam memasok kebutuhan tenaga listrik yang dibutuhkan. Tentu kita tahu bahwa seiring dengan laju pertambahan penduduk yang semakin meningkat pesat, kebutuhan tenaga listrik pun semakin besar pula, karena akan digunakan selain untuk kebutuhan rumah tangga, dan perkantoran, juga yang lebih besar lagi diperlukan bagi sektor-sektor industri, pertanian, dan perhubungan. Selama ini kita dipasok kebutuhan listrik oleh pembangkit-pembangkit yang memanfaatkan bahan bakar fosil seperti minyak, batubara, dan gas, disamping pemanfaatan tenaga air, serta panas bumi. Permintaan konsumen yang terus meningkat pesat itu, tidak mungkin hanya menggantungkan kepada pembangkit-pembangkit konvensional yang ada. Mahalnya harga bahan bakar minyak, yang terus berfluktuasi dan cenderung naik, sangat mempengaruhi ongkos produksi listrik, sehingga produksi listrik pun berkurang. Hal itulah penyebab terbesar terjadinya krisis energi di negeri ini. Di samping itu pun penggunaan bahan bakar fosil secara besar-besaran untuk pembangkit tenaga listrik, selain akan menguras sumber daya alam yang ada. juga akan menimbulkan efek kerusakan lingkungan secara global. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi krisis yang lebih buruk lagi di masa datang, dan mencegah bertambah parahnya pencemaran lingkungan, saatnya kini PLTN dibangun di negeri ini.
Bicara masalah PLTN, sebenarnya Indonesia sudah tertinggal jauh oleh beberapa negara tetangga, seperti Korea misalkan. Konon negeri ginseng ini dulu start pemanfaatan teknologi nuklirnya bareng-bareng dengan negeri kita. Kini mereka sudah memiliki empat belas PLTN. Dengan pasokan energi yang cukup, dan murah kita tahu, mereka telah mampu menjual hasil industrinya secara besar-besaran ke berbagai negara. Hasil inilah yang bisa diandalkan sebagai salah satu sumber terbesar pendapatan bangsa dan negaranya. Taiwan saja sekarang sudah punya empat PLTN, bahkan ada kabar, katanya Malaysia salah satu negara tetangga kita yang paling dekat, sudah ancang-ancang untuk membangun PLTN, kalau itu benar dan terjadi, akhh… mau bicara apa? Dulu negeri Jiran ini belajar teknologi nuklir di Indonesia.Boleh dikatakan kitalah yang menjadi guru. Sedangkan kita, baru rencana? Itu pun masih menyisakan pro dan kontra yang belum kunjung selesai. Mungkin kita akan bernasib seperti umumnya seorang guru, dia senang dan bahagia kalau muridnya berhasil dan jadi orang besar, sedangkan guru ya tetap guru saja. Tetapi kalau begini terus terusan, jangan-jangan nanti kita bisa keduluan membangun PLTN oleh Timor Leste, dan kita akan membeli listrik dari negeri di ujung timur itu. Padahal kecukupan energi yang bisa dibeli dengan harga murah, akan sangat mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan pembangunan ekonomi bangsa dan negara. Kebutuhan energi bukan monopoli segelintir orang atau kelompok tertentu, tetapi untuk kemakmuran bersama.
Mungkin yang perlu disimak dalam-dalam, adalah bagaimana sikap rakyat Iran . Meski program nuklir Iran mendapat tentangan keras dari negara-negara barat terutama Amerika Serikat. Tetapi seluruh rakyat Iran mendukung program tersebut. Bisakah kita bahu membahu bersama pemerintah membangun bangsa dan negara demi kemakmuran rakyat? Atau kita hanya heboh berkutat dalam perdebatan adu mulut yang tiada berujung di televisi dan koran-koran? Sementara bangsa kita semakin jauh saja ketinggalan dari negara-negara lain. Hah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar