SELAMAT DATANG

Jumat, 08 Juli 2011

HIDUP ADALAH PILIHAN

Kunci sukses ada di tanganmu, mau atau tidak
Alirkan keringat yang paling panas, genggamlah hati yang paling tulus
Number one adalah milik setiap orang.

Tanganku bukan tanganmu, mulutku bukan mulutmu
Hanya dibutuhkan sebuah hati, badai dan hujan deras dapat menjadi kawan baik kita.

Janganlah takut dinginnya perjalanan walaupun sampai pada sedikitnya kehangatan yang tersisa. Aku tetap akan menerjang dengan sekuat tenaga.
Everyone is number one! Setiap orang adalah nomor satu!

Banyak orang hanya terngantung pada pertolongan.

Sejauh mana pertolongan itu bisa membantu kita? tergantung pada seberapa besar musibah yang dihadapi. Ada yang kehilangan harta dan nyawa sehingga memerlukan bantuan baik moril maupun materil. Ada yang hanya kehilangan harta, tetapi ada juga yang hanya terguncang jiwanya lalu mengalami trauma. Tentu tidak bijaksana jika bantuan terhadap mereka disamaratakan.

Hanya saja, pada tatanan kehidupan kita, ketergantungan sering kali tak sekadar terjadi pada saat tertimpa musibah. Banyak di antaranya yang bergantung pada sesuatu yang semestinya tak perlu terjadi. Misalnya, seorang anak karena orangtuanya kaya dan berpengaruh merasa masa depannya terjamin sebab kondisi apa pun yang akan ia alami, orangtua pasti akan membantu dan menolongnya. Belum lagi melimpahnya harta warisan yang akan diterima. Jika hal ini terus dikembangkan, si anak akan terus merasa bergantung pada orangtuanya, cenderung malas dan punya mental negatif.


Saya masih ingat ungkapan para pengamat bisnis yang melihat mental seperti itu masih terjadi pada sejumlah perusahaan-perusahaan keluarga di Indonesia. Katanya, generasi pertama yang membangun bisnis, generasi kedua yang menikmati, generasi ketiga yang menghabiskan. Karena tak ada kemandirian pada generasi penerusnya, usaha yang dibangunnya bukannya terus berkembang ketika ditangani anak-cucunya, malahan sebaiknya.


Namun ada seorang pengusaha besar di luar negeri yang punya visi berbeda dan pantas kita cermati. Ia tak mendidik anak-anaknya agar bergantung terus pada kesuksesan dirinya. Sang pengusaha hanya memberikan harta pada anaknya untuk biaya sekolah setinggi-tingginya saja. Ia tak akan mewariskan hartanya pada mereka. Jika anaknya mau kaya seperti dirinya, mereka harus berusaha sendiri karena tanggung jawabnya sebagai orangtua hanyalah memberikan pendidikan. Sedangkan hartanya kelak akan disumbangkan pada yayasan atau sejenisnya. 


Maka dari itu mari jadikan setiap pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita sebagai tantangan yang harus kita ditaklukkan dengan keteguhan dan kesungguhan hati .


Thanks all

smoga bermanfaat bagi yang membaca ........
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar